Kamis, 28 Oktober 2010

Cerita bersambung (2)

Sang Cahaya Rembulan
13 Mei 2010. Hari ini Usia Dian genap 15 tahun. Ayah dan Ibu menyuruhnya untuk segera melanjutkan SMA nya di Kota Priangan, tempat dimana Ayah dan Ibu beserta kakaknya tinggal. Sedih memang. Mulai saat itu Dian tidak akan sangat jarang sekali bertemu dengan Eyang. Jarak Kota Priyangan dengan Surabaya kan tidak dekat. Apa lagi Dian akan sibuk dengan sekolahnya.

Lima belas tahun tinggal bersama Eyang membuat Dian menganggap Eyang lebih dari seorang nenek, malah hampir seperti seorang Ibu di mata nya. Tapia pa boleh buat? Ayah dan ibu khawatir ia akan lebih merepotkan Eyang. Apalagi umur Eyang sudah semakin hampir habis. Oow. Tapi Eyang masih terlihat segar di usianya yang sudah tidak muda lagi.    

Minggu, 24 Oktober 2010

Cerita bersambung (1)

                                                   Sang Cahaya Rembulan 
                                                           (by WND)(^_^)






Senja yang indah. Tepat pada pukul 6.00 WIB pesawat terbang Garuda Indonesia menuju Jepang akhirnya tinggal landas meninggalkan Bandar Udara Juanda. Sudah satu seperempat jam Dian dan Eyang putri menunggu keberangkatan pesawat yang tertunda dikarenakan entah apa penyebabnya. Mereka akan mengunjungi rumah tante Sri di Jepang. Jepang?What? Baru pertama kali ini Dian pergi ke luar negeri dan baru pertama kali ini juga Dian naik pesawat. Sungguh beruntung ,di usianya yang masih balita, Dian sudah merasakan terbang di angkasa. Wajahnya sangat berseri-seri. Dan hatinya amat sangat gembira. Selama berada di pesawat Dian tak henti-hentinya bernyanyi. Eyang sudah hampir kuwalahan menyuruh Dian diam dan duduk manis di tempat duduknya. Tetapi, semakin Eyang menyuruh Dian bersikap manis, semakin sulit lah Dian untuk diam. Dian terus bernyanyi-nyanyi dengan suara yang semakin menggelegar. Dasar Dian nakal.
Bintang kecil di langit yang biru…
Amat banyak menghias angkasa…
Aku ingin terbang dan…

Setelah lima jam mereka habiskan dalam perjalanan, akhirnya pesawat pun lepas landas. Parjalanan yang cukup melelahkan bagi Eyang dan Dian. Tante Sri dan Om Indra telah menunggu mereka di ruang tunggu Bandar Udara Haneda. Sinar bulan memberikan kesan yang indah bagi malam di Tokyo saat itu.
Rumah Tante Sri tidak begitu jauh dari Bandar Udara Haneda. Dibutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk bisa sampai ke rumah tante Sri. Saat mereka tiba di rumah, tak ada seorang pun yang menyambut kedatangan mereka. Maklumlah, tidak ada orang lain lagi di rumah itu selain anak semata wayang tante Sri dan om Indra. Dan sepertinya cucu Eyang dari tante Sri sedang tertidur pulas.

Malam yang indah. Dian menatap langit dari jendela kamarnya. Anak yang baru berusia tiga tahun ini merasakan sebuah ketenangan di malam itu. Akhirnya Dian pun terlelap dan mulai menjelajahi dunia mimpinya.

Waktu demi waktu, hari demi hari Dian habiskan di rumah Tante Sri. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan sama sekali bagi anak ini. Semua orang sibuk. Tante Sri dan Om Indra harus pergi bekerja. Momo (begitulah nama panggilan anak tante sri) pun tak kalah sibuknya, ia harus pergi ke sekolah TK nya. Dan Eyang? Eyang tidak bisa diandalkan dalam urusan menghibur. Maklumlah. Secara, Eyang kan manula alias manusia lanjut usia. Hehe.

Tepat di hari ke tujuhnya di Jepang, Dian dan Eyang harus segera kembali ke Indonesia. Eyang tidak bisa lama-lama mengunjungi anak pertamanya. Mereka harus segera kembali ke Indonesia dan meninggalkan Jepang, tepatnya meninggalkan rumah Tante Sri. Momo, hanya bisa terdiam saat menyaksikan kepergian Eyang dan Dian. Ia begitu kesepian. Dan kini, ia akan sangat kesepian.
(bersambung)